Saat ini, permainan apa sih yang melekat dengan anak kecil? Mungkin satu-satunya yang terlintas di benak kita adalah permainan virtual yang ada di tablet atau game console. Tidak perlu jauh-jauh melihat anak kecil lain, karena bisa jadi adik kita sendiri juga ikut terhanyut dengan permainan virtual tersebut.
Sayang sekali anak-anak generasi sekarang terlalu asik dengan tablet dan game console mereka. Padahal ada permainan-permainan tradisional yang bisa lebih membantu mengembangkan karakter. Dengan permainan-permainan tradisional tersebut, mereka akan bisa berinteraksi dengan teman sebaya, melatih kecermatan, kecepatan, dan keseimbangan tubuh. Selain itu, permainan tradisional yang dilakukan outdoor pun seperti membiarkan mereka untuk olahraga secara alami dan akrab dengan sinar matahari.
Permainan-permainan tradisional seperti di bawah ini seharusnya bisa tetap lestari dan dimainkan oleh anak-anak generasi sekarang:
1. Congklak
Papan dan biji congklak pasti dengan mudah kamu temukan di setiap rumah temanmu. Permainan ini ampuh banget untuk mengisi waktu luang dan mengatasi kebosanan. Selain itu, kecerdikanmu untuk mengatur strategi perjalanan biji congklak juga akan diasah di sini, supaya biji congklak bisa mengisi lubang-lubang papan congklak yang masih kosong dengan merata.Sampai sekarang masih banyak sih toko-toko mainan yang menjual peralatan bermain congklak ini. Semoga anak-anak generasi sekarang masih suka bermain congklak, ya.
2. Bola Bekel
Anak-anak perempuan dulu suka banget main permainan ini! Kalau pulang sekolah, seringnya berjejer di tukang mainan dan memilih bola bekel yang warnanya lucu untuk dimainkan sepulang sekolah.Bola bekel yang terbuat dari karet ini dimainkan bersama 6 biji bekel yang terbuat dari kuningan. Permainan ini memiliki 6 tahapan yang harus dilalui, mulai dari mengambil biji bekel satu per satu, lalu per 2 biji bekel, dan seterusnya hingga 6 biji bekel sekaligus. Yang lebih dulu berhasil mencapai tahap 6, dia lah yang menang.
Sayangnya, saat ini sepertinya sudah tidak ada kumpulan anak perempuan yang bermain bola bekel di teras rumahnya. Padahal selain mengakrabkan hubungan dengan teman sebaya, permainan bola bekel juga dapat mengasah kecepatan dan kecermatan, lho.
3. Gobak Sodor
Permainan satu ini biasanya dimainkan pada waktu istirahat di lapangan sekolah. Bermodalkan kapur tulis hasilWalaupun hanya bermodal kapur saja, bermain gobak sodor dulu sudah bisa membuat kita bahagia tertawa bersama teman-teman, ya? Selain itu, melalui permainan ini kita bisa belajar bekerja dalam tim dan mengatur strategi agar tidak tertangkap. Sayang sekali, saat ini anak-anak sekolah lebih senang bermain game di tablet atau handphone nya di dalam kelas.
4. Lompat Karet
Ini juga mainan favoritnya anak-anak perempuan! Mau di sekolah atau di kompleks rumah, tiap sore pasti nggak pernah alpa untuk main ini. Proses untuk mainnya pun lumayan panjang. Harus beli karet ½ kilogram di warung atau pasar dan merangkainya jadi panjang — malah kadang kepanjangan. Tapi saat rangkaian karetnya sudah jadi, rasanya bahagia banget akhirnya bisa mulai main.Bermain lompat karet ini juga ada tahapannya, mulai lompat setinggi mata kaki hingga setinggi acungan tangan ‘merdeka’. Yang bisa lompat hingga acungan tangan ‘merdeka’ ini lah yang biasanya menang.
Rasa capek dari lompat-lompat sepanjang sore nggak terasa sama sekali karena selama bermain kita pasti merasa bahagia. Kasihan adik-adik kita saat ini mungkin nggak bisa merasakan bahagianya merangkai dan main lompat karet ini. Mungkin kalian bisa mengajarkan?
5. Gasing
Mainan yang kebanyakan dibuat dari kayu ini pasti jadi memori masa kecil tersendiri buat kamu yang laki-laki. Bagaimana tidak? Untuk bisa memutar gasing dengan baik saja, kamu harus latihan keras dan mempelajari trik-triknya. Kalau tidak, akan kalah nanti saat adu gasing dengan tetangga sebelah.Popularitas gasing sempat tergeser dengan hadirnya Beyblade, mainan semacam gasing plastik yang populer karena serial kartunnya. Namun, popularitas Beyblade pun juga tidak bertahan lama. Baik gasing maupun Beyblade saat ini sudah jarang terlihat dimainkan. Sekarang gasing lebih banyak dibawa sebagai suvenir melancong dari luar kota.
Sayang rasanya kalau adik-adik kita tidak sempat merasakan bangganya bisa memutar gasing dengan sempurna. Padahal, bermain gasing bisa melatih kecermatan dan strategi berpikir mereka karena memutar gasing butuh perhitungan yang cermat.
6. Ular Naga
Ular naga panjangnya bukan kepalang. Menjalar-jalar selalu kian kemari…Lirik lagu ini pasti sudah nggak asing lagi ‘kan di telingamu? Dari sejak masuk taman kanak-kanak, mungkin kamu sudah ikut bermain ular naga bersama teman-temanmu.
Mungkin, nggak ada manfaat kognitif yang berarti dari permainan ini. Permainan ini tidak menuntutmu menjadi tangkas karena kamu harus pasrah saja ditangkap. Tapi yang jelas, bermain ular naga bersama teman efektif banget untuk menguatkan tali pertemananmu. Setiap temanmu tertangkap, pasti hanya tawa yang akan bisa diekspresikan. Intinya: bahagia!
Kalau anak-anak generasi sekarang tidak tahu permainan ini, mungkin kamu bisa memulainya dengan mengajak adik dan sepupu-sepupu kecilmu untuk bermain ular naga bersama saat kumpul keluarga besar. Pasti acara kumpul keluarga besarmu akan berbeda dari sebelumnya.
7. Engklek
Teman-temanmu: *sedang menggambar petak-petak*Seruan semacam itu mungkin sering kita lantangkan di waktu istirahat sekolah atau sore hari di lapangan kompleks. Kita nggak mau ketinggalan serunya bermain engklek. Sebenarnya cuma lompat-lompat dengan 1 kaki saja, tapi kenapa bisa seru ya? Mungkin kadang lucu juga kalau ada teman yang jatuh, dan kita bisa tertawa dengan lepas karenanya.
Kamu : *ambil pecahan genting atau batu* “Eh, mau main engklek ya? Ikut dong!”
Canda tawa saat bermain engklek sudah jarang terlihat lagi di anak-anak generasi sekarang. Bahkan mungkin untuk membuat petaknya saja mereka tidak mengerti. Padahal permainan ini dapat melatih kecermatan dan keseimbangan tubuh mereka, lho.
8. Kelereng
Si bulat yang juga dikenal dengan sebutan gundu ini adalah permainan favoritnya anak laki-laki. Sepulang sekolah biasanya mereka ramai berkumpul di penjual mainan untuk memilih kelereng ‘gacoan’ (andalan) baru yang akan dimainkan sore ini. Cara bermainnya adalah saling membidik kelereng lawan. Jika kelerengmu berhasil mengenai kelereng lawan, maka kelereng itu akan jadi milikmu. Yang paling banyak memiliki kelereng lah yang akan dinobatkan sebagai pemenang. Pokoknya, banyak-banyakan jumlah kelereng deh.Saat ini sih sepertinya sudah nggak ada lagi jawara kelereng sekompleks atau turnamen kelereng kecil-kecilan setiap sore di halaman rumah. Satu-satunya permainan kelereng yang anak-anak generasi sekarang tahu mungkin hanya lomba balap kelereng saat lomba 17-an. Itupun kalau mereka mengikuti rangkaian lombanya.
9. Petak Umpet
Ingglo!Bangga banget rasanya kalau berhasil teriak kata itu. Tandanya kita sudah jadi pembela dan bebas dari hukuman jaga selanjutnya. Selanjutnya, kita hanya duduk manis saja melihat penjaga mencari teman-teman yang masih mengumpat di berbagai tempat dan tertawa saat mereka saling balapan lari menuju benteng jaga.
Kalau bicara tentang tempat mengumpat rasanya nggak akan ada habisnya karena entah mengapa tempat seaneh dan sekecil apapun bisa dijadikan tempat mengumpet yang sempurna supaya tidak ditemukan. Bahkan ada lho yang sampai mengumpet di tempat sampah kompleks. Selain bukan tempat umum untuk mengumpet, saat keluar badan pun bau dan penjaga malas untuk berdekatan. Potensi besar untuk jadi pembela, deh.
Semoga permainan ini masih bisa kita lihat ya di anak-anak generasi sekarang. Lumayan, lho, kalau bermain ini setiap sore. Nilai larimu bisa bagus karena latihan terus setiap sore.
10. Layang-Layang
Permainan yang satu ini sih memang seru banget! Mulai dari proses memilih gambar yang kita suka hingga memilih benang senar gelasan yang anti putus supaya bisa menang saat ada adu layangan antarkompleks nanti. Belum lagi momen dimana akhirnya kita bisa menerbangkan layangan dengan tinggi. Rasanya benar-benar bangga dan ingin pamer ke semua teman-teman di sekolah.Bermain layang-layang juga bisa mempererat hubungan dengan ayah, lho. Kok bisa? Karena biasanya momen pertama kamu membeli dan menerbangkan layangan adalah bersama ayah; sore hari di akhir pekan. Nggak jarang juga ayahmu mengajarkan kamu untuk membuat layangan sendiri supaya beda dari yang lainnya.
Terdengar menyenangkan, ya? Semoga anak-anak generasi sekarang juga bisa merasakan momen yang sama seperti kita dulu.
11. Egrang
Sejak kecil, memang jarang sih kita melihat anak-anak bermain egrang pada sore hari di lapangan. Mungkin karena membuat egrangnya itu sendiri cukup sulit dan memakan waktu lama. Tapi, permainan balap egrang ini cukup sering dilakukan saat lomba 17-an. Seru juga melihat anak-anak berlomba untuk mencapai garis finish dengan alat setinggi itu. Nggak jarang lho kita lihat ada yang jatuh. Bukannya kasihan, kita malah tertawa — yang jatuh pun ikut tertawa. Mungkin karena momennya sedang bahagia.Permainan ini mengajarkan kita untuk tetap berusaha hingga garis finish, walaupun banyak halangan di perjalanannya. Cukup berfilosofi ya? Selain itu, permainan ini juga melatih keseimbangan otak kanan dan kiri kita, lho.
12. Bentengan
Kalau main ini, yang teringat cuma 1 hal: rusuh! Tapi bukan rusuh dalam arti sebenarnya ya. Rusuh yang dimaksud di sini adalah saat bermain bentengan, kita pasti akan teriak-teriak untuk mengatur arah teman yang menuju benteng lawan atau untuk minta tolong dibebaskan dari benteng lawan. Teriakan-teriakan tanpa akhir itu akan membuat rusuh lapangan sekolah atau kompleks rumahmu.Kita saling berlomba untuk lebih dulu menguasai benteng lawan. Biasanya tim yang kalah diberi hukuman menggendong atau membelikan makanan tim yang menang. Maka dari itu, jadi tim yang menang penting banget di permainan ini. Yang kalah pun harus lapang dada menerima kekalahan mereka dan dengan jiwa sportif yang tinggi harus siap menerima hukuman.
Permainan gratis dan rusuh seperti ini saja bisa menumbuhkan rasa kebersamaan dan sportivitas yang tinggi. Jadi buat apa beli permainan yang mahal-mahal?
Nah, itu lah beberapa permainan tradisional yang seharusnya bisa dilestarikan dan diperkenalkan kepada anak-anak generasi sekarang. Banyak cara untuk melestarikannya. Bisa dengan dibuat festival — seperti Festival Layangan di Bali dan Yogyakarta — atau memasukkan pengetahuan permainan ini ke dalam muatan lokal di sekolah. Semoga permainan-permainan ini bisa kembali lestari ya!
sumber : http://www.hipwee.com
0 komentar:
Posting Komentar